Lompat ke konten

Sejarah Kawah Rengganis

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Kawah Rengganis memiliki sejarah yang penting. Sesepuh Sunda pernah mengadakan pertemuan untuk membahas masalah kehidupan dan agama.

Kawah Rengganis menjadi saksi bisu pertemuan nenek moyang orang Sunda ratusan tahun lalu. Konon, seorang leluhur yang dikenal dengan nama Uyut Saratus Bojol Tilu sering mengadakan pertemuan rutin. Masalah agama dan masalah kehidupan menjadi salah satu pembahasannya.

Sejarah Kawah Rengganis

Kawah Rengganis pernah menjadi salah satu pekerja kawah (tempat pertemuan) di Uyut Saratus Bojol Tilu, dan setiap tempat dikatakan memiliki karma (kehormatan) seperti Gunung Sangabuana, Jalongong dan Glampier, dan salah satunya ada di kata Aasib.

kata Aseeb, para leluhur yang datang ke tempat tersebut untuk membahas masalah agama yang saat itu masih didominasi oleh ajaran Hindu. Agama Islam perlahan dibicarakan seiring dengan hadirnya Raja Qian Santang yang secara paksa menerapkan syiar Islam di tanah Sunda. Penjelmaan Prabu Siliwangi juga terlibat dalam Pashen Bale Man di Kawah Rengganis.

Menurut Asep, peninggalan leluhur tersebut membuat Kawah Rengganis banyak dikunjungi wisatawan atau peziarah dari Bali, terutama menjelang hari raya Nyepi.

“Ibadahnya seperti ini, mereka membawa air suci dari mata air di sini, jadi tidak hanya peziarah Muslim yang datang ke sini, semua agama bisa masuk, hanya ritualnya saja yang berbeda,” kata Asip, generasi ketujuh, juru kunci generasi ketujuh.

Awalnya, kata Asip, banyak pantangan bagi peziarah atau wisatawan untuk datang ke Kawah Rengganis. Tidak disarankan untuk mengunjunginya pada hari Jumat atau Sabtu. “Sekarang larangan sudah berhenti bekerja, wisatawan dipersilakan kapan saja, tetapi untuk peziarah tidak disarankan pada hari-hari itu,” katanya.

Awalnya, hanya ada tiga bangunan di Kawah Cibuni pada tahun 1920-an. Salah satunya milik panti jompo, mushola dan pusat kesehatan. Namun, kini sudah ada puluhan rumah di dekat kawah. “Dulu tempat ini ditemukan pada tahun 25 Safar, jadi pada setiap tanggal seperti ini akan ada ritual untuk memperingati perjalanan para leluhur,” ujarnya.

Kawah Rengganis memang tidak sepopuler Kawah Putih atau Kawah Kamojang. Tidak ada tanda yang jelas untuk memasuki Kawah Rengganis, yang ada hanya tanda yang terbuat dari kayu.

Wisata Baraya, berdasarkan catatan sejarah kawah Rengganis, kawah di Cibuni – Ciwidey Bandung terbentuk sebagai hasil proses alam jutaan tahun yang lalu,

Dimana berdasarkan penelitian, Kawah Rengganis ini terbentuk dari letusan dahsyat Gunung Sunda Purba khususnya Gunung Patuha yang juga menciptakan kawah lain yaitu Kawah Putih Ciwidey.

Bukti keheranan letusannya bisa Anda lihat sendiri, karena sampai sekarang di Kawah Rengganis masih tercium bau belerang yang menyengat dari kawasan kawah.

Kita bahkan dapat mendengar sumber energi panas yang kuat dari kawah Reganis, suara ledakan yang cukup keras di bawah bebatuan dan uap air putih yang dilepaskan ke udara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *