Lompat ke konten

Makam di Kawah Rengganis Ciwidey???

Sepertinya cerita unik tentang kawasan sekitar Bandung ini tidak akan pernah ada habisnya. Terdapat kompleks pemakaman kuno dengan ciri budaya Hindu di sekitar perbukitan Bandung Utara dan Timur. Peninggalan budaya megalitik yang masih dapat dilihat di situs juga tersebar di banyak tempat di sekitar Bandung, seperti Gunung Padang, Soreang, Ujungberung, Cililin, dll.

Selain wisata alam atau sejarah, banyak hal unik lainnya di Bandung yang masih bisa ditemukan dan dijelajahi, seperti kebiasaan dan gaya hidup masyarakatnya yang mungkin terasa tidak biasa bagi sebagian orang.

Sejarah Kawah Rengganis Cibuni, Rancabali

Ada lagi desa unik dan tak kalah menarik di kawasan peternakan Rancabali, yaitu Afdeeling Rancabali II. Daerah ini disebut juga Cibuni karena berada di dalam Kecamatan Perkebunan Teh Cibuni, Ciwidey. Jarak dari Bandung sekitar 50 kilometer dan tidak jauh dari kompleks Cagar Alam Talaga Patengan. Kampung buruh yang ditumbuhi rumah-rumah berwarna biru muda menawarkan tampilan segar di tengah hamparan perkebunan teh hijau. Ada beberapa kelompok desa seperti ini di tengah kompleks pertanian Cibuni yang luas.

Menariknya, di kawasan budidaya ini banyak terdapat kawah aktif yang bisa dikunjungi. Kawah-Kawah ini letaknya sangat jauh sehingga sering luput dari perhatian pengguna Jalan Ciwidey-Cianjur, meski banyak rambu-rambu yang dipasang di pinggir jalan. Yang paling unik dari kawah ini adalah kawah Cibuni yang yang terkenal menjadi sumber pemandian air hangat yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit terutama kulit.

Kondisi kawah di peternakan ini umumnya mirip dengan Kawah Dumas di Tangkuban Parahu atau Kawah Sikidang dan Kawah Sileri di Kabupaten Dieng. Kita bisa melihat kepulan asap tebal mengepul dari bebatuan yang bertebaran di area ini. Selain puluhan sumber asap tebal, puluhan mata air panas belerang dapat dengan mudah ditemui di seluruh kawasan ini. Uniknya, di atas areal tersebut, dibangun beberapa rumah yang juga berfungsi sebagai warung makan, musholla yang terbuat dari kayu. Rumah-rumah ini biasanya menjadi penginapan bagi pengunjung yang bermalam di sini. Menginap semalam tidak dikenakan biaya tertentu, pemilik rumah dengan tulus hanya menerima pengguna sederhana dari layanan rumah mereka.

Sebagian besar pengunjung yang datang ke tempat tinggal bertujuan untuk disuguhi dengan air panas sungai. Di sebuah kolam kecil, terlihat sejumlah orang sedang mandi dan berendam di pemandian bambu panas. Seorang pria berusia 70 tahun mengaku mengunjungi tempat itu dua kali. Kedatangannya untuk menyembuhkan penyakit reumatik yang selama ini menjangkitinya. Pria ini berencana tinggal beberapa hari di Desa Kawah Cibuni. Dalam kunjungan pertamanya sekitar 10 tahun lalu, pria asal Naringol ini mengaku sempat sembuh dari penyakit rematiknya, namun kambuh dalam dua minggu terakhir. Sekelompok pengunjung yang terdiri dari dua keluarga memilih tempat yang berbeda untuk bersantai dan menikmati air panas yang mengalir.

Pemandian Kawah Rengganis

Hingga sekitar setahun yang lalu, kawah di Cibuni dikenal sebagai Kawah Cibuni, namun belakangan ini karena rencana pengelolaan kawasan tersebut menjadi kawasan agrowisata Kebun Rancabali, PTP Nusantara VIII. Nama kawah diubah menjadi Kawah Rengganis. Sebuah tanda dipasang di pintu masuk, di sisi Jalan Raya Ciwidey-Cianjur. Namun sayang, entah kenapa, rencana ini sepertinya batal.

Wisatawan asing juga cukup sering mengunjungi tempat ini, bahkan dalam kelompok kecil atau individu. Pada hari Minggu dan hari libur saja, jumlah pengunjung agak meningkat. Selain sekedar jalan-jalan, sebagian besar pengunjung berniat menyembuhkan berbagai penyakit dengan memanfaatkan sumber air panas di sana. Atau yang sering ditemui adalah rombongan pengunjung dengan tujuan berziarah ke makam kuno di dekat kawah gunung berapi.

Sejarah Abah Jaka Lalana

Secara umum, warga tidak bisa bercerita banyak tentang masa lalu desa Kawah Cibuni. Sebagian besar dari mereka adalah keluarga pendatang dari daerah sekitarnya. Namun, desa di kawah ini konon sudah ada sejak zaman Hindia Belanda dan biasanya dikunjungi oleh para pegawai pertanian di sekitarnya. Ada cerita dari salah satu warga, hanya bisa mengatakan bahwa kawasan ini pernah ditaklukkan oleh seseorang yang kini bernama Abah Jaka Lalana. Makam tokoh perintis ini kemudian banyak dikunjungi orang. Keluarga penerus Abah Jaka Lalana juga tidak banyak menyimpan cerita masa lalu, sehingga tidak banyak lagi informasi sejarah yang bisa digali dari masyarakat Kampung Cibuni.

Di komplek ini ada tujuh keluarga yang tinggal dan membangun rumah mereka di area kawah dan di tepi tebing. Hampir semua keluarga ini mencari nafkah dengan menanam tanaman sekunder. Mereka membersihkan dan mengelola lahan yang tidak terpakai di sekitar desa dan sisi hutan dan mengubahnya menjadi ladang. Bisnis toko dijalankan oleh dua keluarga saja. Untuk fasilitas penerangan, setiap keluarga membangun turbin bertenaga dinamo di Sungai Cibuni. Ada empat turbin 70 watt, masing-masing melayani kebutuhan listrik tujuh keluarga desa.

Hal-Hal lain Kawah Rengganis

Dari Kawah Cibuni atau sekarang Kawah Rengganis, wisatawan juga bisa mendaki bukit dan melewati hutan belantara menuju puncak Gunung Patuha. Dibutuhkan sekitar tiga jam untuk mencapai puncak. Jika Anda tertarik dengan petualangan seperti ini, sebaiknya Anda menyertakan penduduk setempat sebagai pemandu agar tidak tersesat karena hutan di sekitarnya masih sangat lebat dan belum ada jalan setapak. Di ketinggian bukit ada kawah lain yang disebut Kawah Saat. Di dekat Kawah Saat, juga ada makam kuno lain yang biasa dikunjungi para peziarah. Jika Anda bisa sampai ke Kawah Saat, tidak perlu waktu lama untuk mengunjungi kawah lain yang lebih terkenal, Kawah Putih. Kawah lain bernama Kawah Saat ditemukan di kawasan lain Cibuni, yakni di Desa Pangisikan. Di desa ini Sungai Ci Pangisikan mengalir dengan air yang jernih.

Petualangan juga bisa dilakukan dengan hiking atau bersepeda di kawasan Cagar Alam Talaga Patengan dengan hiking menyusuri perkebunan teh yang terletak indah, atau melalui hutan untuk mencapai Situ Patengan melalui jalan aspal yang cukup bagus. Jika Anda memiliki waktu dan tenaga yang cukup, jalan-jalan di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Ciwidey-Cianjur menjadi alternatif yang menarik karena di sepanjang jalan Anda akan menemukan komplek peternakan yang enak dipandang dan desa-desa kecil yang sayang untuk dilewatkan. Sekedar minum kopi atau teh di pinggir jalan raya yang sepi pasti akan memberikan nuansa baru yang tidak akan Anda dapatkan di perkotaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *